Ini Hijrahku!

02.10 Dery Rizki Purwanto 2 Comments


   
   Bismillah, semoga Allah senantiasa memberikan nikmat terbesarnya, nikmat Iman, Islam, dan Hidayah kepada kita semua sampai akhir hayat kita. Aamiin

     Assalamu’alaikum Warahmatullah

   Sebelum masuk kedalam cerita yang saya tulis ini, cerita ini saya dedikasikan untuk orang-orang yang mungkin masih mencari dengan penuh semangat arti sebuah kehidupan. Disini bukan berarti saya lebih hebat dari teman-teman semua, atau apa, saya masih sadar saya masih sangat jauh dari kata ‘baik’. Apalagi ‘sangat baik’. Tulisan ini bisa jadi sebagai biografi kecil saya sampai saya mengenal kata hijrah. Meskipun saya mengakui saya masih level dibawahnya level yang paling cupu kalau soal hijrah ini. Semoga apa yang saya tulis ini bisa bermanfaat, tidaklah saya tulis ini kecuali untuk diambil manfaatnya, dan semoga Allah lindungi saya dari riya’. Aamiin.

   Alhamdulillah, saya lahir di keluarga yang peduli terhadap Agama. Dari kecil saya sudah ditekankan untuk mengaji di ustadz atau ustadzah kampung. Kalau saja saya tidak datang ke pengajian atau dengan sengaja bermalas-malasan, kemarahan orangtua lah konsekuensinya. Begitu pula dalam hal shalat, meskipun saya belum ditekankan untuk shalat di awal waktu, namun orang tua saya sangat peduli tentang shalat lima waktu setiap anaknya. Pernah dalam suatu kondisi saya bermain bola sore-sore, mungkin semua anak laki-laki pernah merasakannya, yang mana peluit akhirnya adalah Adzan Magrib. Waktu itu saya belum shalat ashar, dan beberapa menit lagi Adzan Magrib, tiba-tiba ayah saya datang membawa batang pohon pisang (yang tempat melekatnya daun pisang) yang berbentuk pecut untuk menyuruh saya pulang dan melaksanakan shalat. Saya memang menangis waktu itu hanya karena disuruh shalat, ayah saya tidak menyabet saya kecuali hanya 3 atau 4 kali sabetan. Dulu saya sering berpikir dalam akal bocah saya, “mengapa hanya saya yang diperlakukan seperti ini? Teman-teman saya dibiarkan orang tuanya tidak shalat, hidup tidak adil, hidup ini kejam”. Sekarang, saya sangat berterimakasih kepada ayah saya, dan ibu saya juga yang selalu menenangkan saya saat saya sedang ”diberi kasih sayang” oleh ayah saya saat itu. Semoga Allah menjaga mereka berdua dalam ketaatan kepada-Nya. Aamiin.

    Saya juga sekolah tingkat dasar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri. Sekolah tersebut tentunya berdasar agama Islam, dengan pelajaran tambahan ke Islam-an juga. Semua murid dan guru yang wanita berkerudung, dan menggunakan rok panjang. Begitu pula yang laki-laki, semuanya menggunakan celana panjang. Saya sangat merasa tidak bebas bersekolah disini, pelajaran lebih banyak, semua siswi pakai kerudung, apa yang bisa bikin saya tertarik disini?. Pemikiran saya tentang lawan jenis sedari kecil sudah di pengaruhi oleh lingkungan. Saya punya teman rumah yang bersekolah di sekolah negeri biasa, dia bercerita kalau teman-temannya sudah mulai berpacaran. Bergandengan tangan, saling suap makanan, saling pangku atau menyenderkan kepala ke bahu. Ini bukan tingkah anak remaja, tapi tingkah anak sekolah dasar. Mungkin teman-teman ada beberapa yang sudah melihat kejadian kurang pantas ini, entah di meme atau apa. Ya soalnya saya pernah liat. Ya wajar saja kalau lingkungan anak-anak yang masih suka meniru ini menonton entah langsung atau dari televisi kebiasaan sangat buruk itu.

    Semakin saya tumbuh memasuki masa remaja, saya meminta kepada orang tua saya untuk masuk di SMP Negeri. Tentu karena beberapa alasan juga, karena saya merasa berat jika berada di sekolah berdasar Agama, harus belajar Bahasa Arab lah, menghafal Al-Qur’an dan Hadits lah, belajar Aqidah, Akhlaq dan Fiqih, sampai Sejarah Islam juga harus dipelajari. Karena pikiran bocah saya dulu menganggap itu hanya membebani hidup saya saja, jadi saya meminta sekolah di SMPN dan dikabulkan oleh orang tua saya. Mulai lah dari sini pengawasan mereka terhadap saya mulai berkurang. Ditambah sekolah umum yang mengajarkan Agama ala kadarnya saja. Dari kelas 7 saya mulai melihat kerasnya kehidupan, teman-teman yang asal berkata kotor, mulai berani menggoda lawan jenis, mencontek terang-terangan, kesenangan berdasarkan menghambur-hamburkan uang. Tentu saja, tidaklah saya berteman dengan seorang pandai besi kecuali saya juga terkena bau gosongnya itu. Saya tipe orang yang bisa dibilang tidak terlalu bandel saat itu, saya tidak suka tawuran, merokok, dan hal-hal berbau “ke-cowok-an” lainnya. Tapi mulai dari SMP ini paradigma saya tentang kehidupan mulai dipermainkan(lagi) oleh lingkungan. Saya sangat sering bermain game online di warnet, tentunya shalat juga jadi ala kadarnya. Kalau  ingat dan sempat ya shalat, biasanya juga di akhir waktu. Disamping itu juga mulai timbul rasa-rasa ingin kenal lebih dekat dengan lawan jenis. Semboyan yang dipegang saat kecil dulu ,“Anti pacaran sampai bisa cari uang sendiri” pun sepertinya akan dilanggar. Ya, kelas 8 saya mulai berpacaran. Di SMP saya punya 2 pacar, dan semuanya cantik. Saya kalo cari pacar itu pasti yang “diperhitungkan” sama laki-laki yang lain. Ini bukan politik. Bukan juga kesombongan. Ngapain nyombongin dosa?. Dan di Akhir SMP Alhamdulillah saya dapat nilai yang memuaskan, seenggaknya bisa nutup-nutupin buruknya saya di SMP itu, walaupun cuma sedikit.

    Masuk ke SMA, saya semakin jago dalam hal pacaran. Dari masuk kelas 10 saya sudah melirik-lirik lawan jenis, pdkt, kalo jadi ya pacaran kalo engga ya deket doang. Di SMA juga saya makin tertarik dengan musik. Sampai-sampai pernah kepikiran mau ikut pencarian bakat vokal. Untungnya belum. Soal musik juga saya bisa dibilng gembongnya. Memori Handphone penuh dengan musik-musik ter-update. Di tiap kelas disekolah saya kebetulan ada speaker untuk menunjang pembelajaran. Speaker nya juga bisa di colok ke handphone, dan biasanya kalo kelas lagi kosong anak-anak labil SMA suka menggunakan speaker itu untuk mendengarkan lagu bareng-bareng. Dan yang Handphone saya termasuk yang sering dicolok ke speaker untuk mendengarkan lagu-lagu pada saat itu. Yang ada dipikiran saya saat SMA adalah sekolah, dapat uang jajan, nilai aman, selesai. Uang jajan buat pacaran, atau patungan ngerayain ulang tahun temen. Entah untuk buat beli kue atau beli telur dan terigu untuk disasarkan ke yang ulang tahun. Nilai saya aman didapat dari mencontek. Hati merdeka saat guru tidak bisa mengajar. Ya, mungkin inilah kehidupan SMA yang katanya adalah masa-masa paling indah. Meskipun ga semua hal buruk yang saya lakuin di SMA, ya lumayan banyak juga yang baiknya sih. Lumayan. Ada sedikit cerita lucu saat saya pacaran. Kebetulan saat itu saya punya jenggot dua atau tiga helai, lalu mantan pacar saya itu bilang “itu dipotong dong jenggotnya”, lalu saya jawab apa? “gak mau ah, ini sunnah”. Lucu kan. Well, yang saya yakini, diluar sana banyak orang-orang polos yang belum tobat ya karena mereka merasa apa yang mereka lakukan tidak salah. Padahal kalau dilihat dari percakapan di atas, jelas pacaran dengan memelihara sunnah itu bertentangan. Suka ketawa sendiri saya kalau ingat itu. Pacaran everytime, musik everytime, shalat ya jalan sih. Kalo bablas juga bablas. Jarang bantuin orang tua dirumah, pulang dari sekolah magrib atau hampir karena main sama teman atau pacar sampai lupa waktu. Sampai dirumah alasannya capek, ga belajar. ga jarang juga marah-marah gajelas karena efek galau gara-gara pacar. semuanya saya marahin, orang tua, adik, ya semua yang dirumah. Hidup saya kacau. Mood sangat mudah berganti, kadang suka berfikir untuk bunuh diri. Ini Karena galau gara-gara pacar, ditambah saya lari ke musik, pakai headset dengan volume keras. Shalat ya shalat, tidak dihayati. Al-Qur’an dibiarkan berdebu. Kadang suka bengong dengan pandangan benar-benar kosong. Saya merasa hidup saya benar-benar kacau, masalah semua hidup saya ini. Sampai akhirnya saya mulai dekat dengan orang yang mana melalui orang itu, Allah memberikan hidayah-Nya kepada saya.

    Sebenarnya saya sudah lumayan dekat dengan orang ini, dalam artian kalau ada kerja kelompok atau apa ya kadang sama dia juga. Saya suka putarkan musik-musik biasanya kalo lagi kerja kelompok, coldplay, imagine dragon, sampai slank dan ‘masa lalu’ nya Inul Daratista juga saya putar. tapi dia diam saja, ngga bawel. Salah satu sarana yang membuat saya semakin dekat dengan orang ini, kerja kelompok. Ya intinya, orang ini sering dirujuk sebagai konsultan syariah kelas 12 IPA 4 saat itu. pada suatu hari ada kabar bahwa salah seorang guru di SMA kami meninggal, murid-murid dipulangkan lebih awal, saya ingat hari itu adalah hari Jumat. Murid-murid banyak yang melayat sampai mengantar ke makam beliau. Saya kebetulan mengendarai motor dan boncengan dengan teman saya ini. Entah kenapa hari itu punya banyak hikmah bagi saya, dimulai saat melayat guru saya itu, saat menyolatkan pun tidak tahu mengapa air mata saya lumayan deras mengalir. Padahal guru ini sama sekali tidak pernah mengajar saya karena ilmu yang di ajarkannya di bidang IPS. Kejadian ini seingat saya masih saat semester 5 di SMA. Setelah menyolatkan beliau, cuaca hari itu hujan, saya berbicara ke teman saya ini. Sebut saja namanya Ki. “Ki, kayanya gua ga ikut nganterin Ibu X ke makam deh. Mau langung balik aja, lu gua anterin balik aja ya?”. Dia tetap mau mengantar Ibu X ke makam , yang padahal jaraknya lumayan jauh dari rumah beliau ini. Dia bilang “Yaudah der kalo lu mau pulang, gua tetap mau kesana, mau sekalian mampir. Gua bareng si P aja nanti gampang”. Karena ngga enak, akhirnya saya pun ikut juga ke makam dengan boncengin Ki ini. Setelah pemakaman Ibu X selesai, dia bilang kalo mau mampir dulu. Ternyata mampir yang dia maksut ini adalah mampir ke makam Ibu nya yang juga di komplek permakaman yang sama. Saya lupa akan hal ini. Saya rada bersalah juga karena sebelumnya malah mau pulang dan tidak mengantar dia kesini. Saya ikut ke makam ibunya juga. Dia jongkok berdoa, mungkin juga menangis. Saya berdiri, dan menangis juga. Mungkin saya ingat, kalau saya pun nanti akan dimasukkan ke tanah juga. Bukan hanya saya, tapi orang tua dan keluarga saya juga. Mungkin Ki ga sadar kalo saya menangis karena dia fokus berdoa sambil jongkok. Saat dijalan mengantar dia pulang, saya mulai membuka diri. Saya cerita tentang keadaan saya yang suka pikiran kosong, malah kadang mikir yang aneh-aneh, ya seputar kekacauan yang sedang saya hadapi. Lalu dia bilang, “coba dzikir pagi petang der, trus kalo mau tidur juga baca ini, itu, yang sesuai sama tatacara tidur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”. Wah apaan tuh dzikir pagi petang? Baru dengar juga. Lalu dia cerita-cerita layaknya orang tua, bahwa bisa jadi saya sedang gampang-gampangnya di ganggu setan dsb. Lalu sempat saya bertanya “kalo ruqyah gimana tuh ki?” dan dia terus mengingatkan saya dari sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, kalo orang yang di ruqyah karena dia minta itu nanti ga bisa lolos tanpa hisab ke surga. Bingung ya? Saya cantumkan hyperlink disini silahkan baca. Meskipun saya sadar saya masih jauh kalau dimasukkan dalam 70.000 orang itu(makanya baca dulu yg di hyperlink). Kata Syaikh Utsaimin Rahimahullah, “Boleh berharap untuk masuk surga, tapi jangan terlalu percaya diri. Ingat bahwa Adam ‘alaihissalam dikeluarkan dari surga karena satu kesalahan”.

    Semakin dekat lah saya dengan orang ini. Mulai saya diajak ke kajian yang ada di sekitar tempat saya tinggal ini. Saya masih ingat betapa malasnya saya berangkat ke kajian pertama saya, kalau bukan karena saya ga enak untuk menolak ajakannya. Sampai di tempat kajian juga saya bingung, apa yang dibilang ustadznya ilmiah banget. Dikit-dikit Allah berfirman dalam surat …., Rasulullah bersabda dalam hadist riwayat …. Dari sahabat ….., jujur saya belum terbiasa dengan kajian yang se Ilmiah ini. Lama-kelamaan saya paham bahwa semua yang kita lakukan memang harus punya sumber yang kuat,harus ilmiah. itu kenapa Ustadz mengajarkan kami dikit-dikit Qalallah, Qala Rasulullah, Allah Ta’ala berfirman, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam bersabda. Mulai lah saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang semakin banyak muncul ini kepada si Ki. Mulai saya rapihkan shalat, karena jika kamu bingung mau mulai memperbaiki diri darimana? Ya benerin aja shalatmu. Ada suatu cerita tentang Headset-nya si Ki ini. Yang saya ingat, pada suatu hari dikelas ada teman saya yang ingin mendengarkan music, lalu dia meminjam headset kepada Ki ini. Lalu ditanya sama si Ki “Buat apaan?”, pas tau buat mendengarkan musik ya dia tidak meminjamkan. Saya semakin penasaran kenapa dia sebegininya dengan music, lalu dia jelaskan Hadits ini bilang begini, lalu para pendapat imam imam juga mengenai musik ini gimana. Awalnya ya saya tidak begitu memerhatikan ini, Ya gila aja kaliya, gaada hari tanpa musik men. Dari pagi sampai malam kalo ga dengerin musik ya hampa. Meskipun begitu awal yang saya dapatkan, namun ya tidaklah saya berteman dengan seorang penjual minyak wangi kecuali saya akan wangi juga. Perlahan-lahan saya mulai meninggalkan musik. Dari mulai mengurangi intensitas mendengarkannya perhari, sampai puncaknya saya benar-benar membersihkan musik dari memori Handphone saya. Karena sampai kapanpun, musik tidak akan pernah bersatu dengan Al-Qur’an. Dan sekarang saya merasakan apa yang mungkin dia rasakan sebelumnya, disaat semua asik dengan musik, saya hanya bisa diam dan mengimani dalam hati bahwa hal ini buruk.
Kuy Bikin Folder Murattal!
Mungkin sama kaya pas kerja kelompok waktu itu. Sebelum saya meninggalkan musik ini, sebenarnya saya juga sudah Jomblo namun ya masih suka galau-galau karena ga punya pasangan haram. Selain itu juga masih belum bisa move on dari sang mantan. Ya, sekarang Alhamdulillah sudah kurang lebih tiga tahun saya terhormat jadi Jomblo. Saya juga sudah meninggalkan mencontek sekaligus nahi munkar soal mencontek ini. Setelah saya sadar bahwa mencontek adalah hal buruk yang benar-benar buruk, saya berusaha untuk belajar supaya dapat nilai yang bagus tanpa mencontek. Dengan modal kepedean saat SD selalu masuk jajaran elit akademisi di papan skor saat mengambil raport, saya mulai mengubah jalan hidup saya dengan jujur untuk mendapatkan nilai. Saya ingat, ada nilai tryout saya yang karena saya tidak mencontek akhirnya saya berada di posisi ketujuh atau ketiga dari bawah dari semua anak IPA angkatan saya. Saya menggencarkan nahi munkar dengan membagikan meme di grup kelas saya, yang akhirnya saya di cerca, dijauhkan, dibilang sok suci oleh beberapa oknum. Padahal jabatan saya saat itu adalah ketua kelas. Mungkin inilah yang dimaksud ketua yang dibenci saat menegakkan kebenaran. Halah sok dramatis.
Gambar yang viral di grup Whatsapp Kelas.(Sumber : https://twitter.com/memecomicindo/status/583902193134080000)
Puncak dari tidak mencontek ini adalah nilai rata-rata UN saya yang Alhamdulillah 7.5 dan saya tidak bisa kuliah di tahun pertama saya lulus SMA. Jika tulisan sebelumnya yang menang lomba adalah tulisan dari sisi akademis saya belajar, disini saya akan bagikan cerita saya setahun menganggur itu dari sisi agamis nya.

      Singkat cerita saya tidak bisa masuk kuliah tahun 2015, ya begini jalan yang Allah berikan. Jujur dari diri saya sendiri menganggap bahwa masa gapyear ini adalah salah satu masa terbaik dalam hidup saya. Kebetulan si Ki dapat kuliah di UNJ, dan tidak diizinkan Allah untuk mengembara ke Jogja. Selain belajar untuk masuk perguruan tinggi, si Ki sering mengajak saya untuk ke kajian ini, itu, dan share tentang hal-hal tentang Islam yang Ilmiah. Mulai saya diajak untuk ke kajian di Masjid Ukhuwah Islamiyah UI, atau yang akrab disebut MUI. Saya kajian rutin di MUI setiap hari senin mulai dari jam 4 sore, di selasar selatan MUI. Salah satu tempat yang membuat saya kangen, suasana disana menenangkan dan keren bahkan dari tempat wudhunya. Saat wudhu, ada tulisan di tempat wudhu bahwa kita harus menghemat air wudhu, disitu ditulis secara ilmiah “apabila setiap masjid di Indonesia hanya membuka setengah kran saat berwudhu, maka air bersih yang hanya sekian persen yang ada di Dunia ini akan terhemat sekian persen”. Cakep kan. Ya sejalan dengan sifat yang harusnya dimiliki seorang muslim, tidak boros. Mungkin yang kalo wudhu masih buka keran full sampe alirannya kaya air terjun Niagara mulai dari sekarang bisa dikecilin lagi tuh biar ga mubadzir airnya. Saya ingat saat shalat magrib pertama di MUI, Imam membacakan surat Al-Mulk. Saat itu saya merasakan rasa manis, yang sangat manis. Tiba-tiba air mata menetes. Ini nih yang namanya manisnya Iman, yang sering membuat saya rindu akan rasanya.

     Selain ikut kajian rutin di selasar selatan MUI itu, saya juga diajak si Ki ini untuk ikut kelas Tahsin di Markaz Tahfidz Al-Qur’an kalisari. Saya ikut kelas selama satu semester, yang mana sangat berpengaruh terhadap saya tentang cara membaca Al-Qur’an yang benar. Setiap datang kesini saya semakin sadar bahwa saya hanyalah penuntut ilmu yang levelnya dibawah level ecek-ecek, dibawah level yang cupu. Setiap malam minggu juga yang tidak boleh ketinggalan. Bahkan sampai sekarang. Kajian Tafsir Ibnu Katsir, masih di surah Al-Baqarah. Bagaimana tidak, setiap satu ayat paling cepat dibahas satu malam itu saja. Kalau ustadznya lagi senang cerita kesana kemari disangkut pautkan ke ini ke itu bisa jadi seperempat ayat saja dibahas satu malam itu.  kalau teman-teman penasaran juga bisa lihat di youtube Ustadz Abu Usamah jika membahas tafsir. Temen-temen tau siapa Ustadz Abu Usamah? Kalo temen-temen pecinta murattal pasti tau gimana suara beliau kalau sedang membaca Al-Qur’an. Salah satu kesenengan saya saat datang ke kajian ini, selain beliau yang kalo menerangkan dengan sangat bersemangat, yaitu saat shalat isya disana. Kebetulan kajian dari setelah maghrib, dan tentu Isya shalat disana dan beliau Imamnya. Tidak jarang kalo temen-temen dengarkan baik-baik suara saat shalat disana, mungkin sebelum kata Aamiin diteriakkan, temen-temen udah bisa mendengar suara-suara orang yang menarik nafasnya dengan ada suara … ya temen-temen tau lah gimana kalo lagi pilek trus ngisep ingusnya itu gimana suaranya. Ini nih yang saya suka, sering banget saya ngerasain manisnya iman disini, pas kajiannya, pas shalatnya. Buat temen-temen yang mau tau gimana rasa manisnya iman, saya udah pernah mengalami jatuh cinta sama wanita, tentu, menghamburkan uang untuk nonton bioskop sama pacar, kongkow gajelas, mainan tim*zo*e, makan es krim bask*n ro*in yang sebaskom itu buat sendirian juga pernah, tapi Wallahi, Demi Allah, gaada rasa yang paling nikmat, paling manis, paling Ajib dibanding Manisnya Iman. Mungkin ini rasa terbaik sebelum ada di surga. Kalo emang temen-temen penasaran sama rasanya, ya coba rasain. Pindah. Hijrah. Ga akan itu rasa iman dateng ke hati orang yang kotor. Yakin deh, dateng kajian, baca Al-Qur’an. Serius.

    Sampai sekarang saya sudah kuliah di Semarang, setiap kali saya pulang ke Jakarta pasti saya ga mau kelewatan satu malam minggu pun kecuali saya ke Masjid Nurul Iman, a.k.a Masjid Hijau Cilangkap untuk kajian. Semoga Allah menjaga kita semua dalam ketaatan kepada-Nya. Kalau temen-temen udah ngerasain gimana manisnya iman, yakin deh, bakalan rindu sama rasanya. Di Semarang pun kalo lagi jauh-jauhnya sama kajian, ga enak di hati rasanya. Disini saya juga Alhamdulillah dikenalkan dengan beberapa senior dari Fakultas lain yang perhatian bahkan mau mengajar saya bahasa arab dengan gratis. Suka ngajak ke kajian juga. Yang padahal dulu pelajaran-pelajaran agama saya anggap sebagai pelajaran yang nyusahin, tapi sekarang malahan saya haus sama hal yang dulu saya anggap nyusahin itu.

    Jujur saya juga baru Hijrah. Saat saya jauh dari sahabat-sahabat saya yang baik, ga jarang saya balik juga ke kebiasaan lama saya itu. seperti kata ulama-ulama terdahulu, “Kebanyakan orang bukan merubah, tapi malah dirubah. Bukan mewarnai, tapi malah di warnai”. Sekarang, banyak orang baik yang akhirnya malah jadi ikutan sama kebiasaan lingkungannya. Betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap kehidupan seseorang. Saya juga masih sangat butuh nasehat, bukannya terus-terusan menasehati. Mungkin sebentar lagi saya selesaikan tulisan ini karena juga sudah terlalu panjang.

    Pesan terakhir dari saya mungkin. Mulailah berpikir teman-temanku. Untuk apa kamu hidup kecuali untuk beribadah kepada-Nya?. Mungkin di antara kamu ada yang hidup untuk membahagiakan orang lain, saya ambil contoh orang tua misalnya. Kamu ingin membahagiakan orangtua mu? Dengan apa? Prestasi setinggi langit? IPK 4? Kerja dengan gaji ratusan juta? Jangan lupa juga, orang tua mu juga punya umur. Kematian, pemutus kenikmatan dunia. Kalau bukan kamu yang mengajaknya ke surga lalu siapa lagi? Kamu tega membiarkan tangan kanan mereka yang menyuapi mu makanan dulu dari kecil, atau tangan kiri mereka yang menyeboki kotoranmu itu nanti dibakar di neraka? Kamu tega membiarkan orang yang kamu sayang ada di tempat yang sangat panas? Yang Allah sebutkan bahwa tidak ada orang yang bisa sabar menghadapi siksanya itu? Bahagiakan lah mereka, ajak lah mereka untuk bertemu dengan mu di surga. Kita di dunia ini sebentar. Kamu ga kepengen mas, mba, dapat kenikmatan yang abadi?. Udah bukan lagi sekarang menganggap hal-hal buruk adalah hal yang keren mas, mba. Kenal atau tau Muzammil Hasballah? Itu anak muda kan? Atau mungkin udah sering pantengin channel ammar tv di youtube? Itu isinya anak-anak muda kan? Keren kan mereka? Jangan Cuma jadi penonton aja mas, mba, termasuk saya sendiri. Ayo sama-sama jadi pemainnya. Ubah pandangan rusak yang dianggap keren, padahal banyak dampak negatifnya, gaada manfaatnya. Kadang kita lupa bahwa kita, anak muda, maupun anak kecil, atau orang tua itu sama sama gak tau. Gak tau apa? Gak tau nanti sore atau malam atau besok, masih bisa taubat sama Allah atau engga. Umur gaada yang tahu.

    Kemarin, sebelum saya ke Semarang ini, kebetulan saya ambil tiket kereta jam 11 malam dan Alhamdulillah saya masih sempat ke kajian Masjid Hijau itu sebelum berangkat ke stasiun, 
“Wahyu Allah kepada Nabi Daud ‘alaihissalam jamaah dalam sebuah atsar, ‘Wahai Daud ‘alaihissalam, kalo aja seandainya orang yang berpaling dariku ini masih asik dengan maksiatnya, melakukan hal buruk dan sebagainya, seandainya aja mereka tau bahwa Aku(Allah) selalu setia menunggu mereka untuk bertaubat, niscaya mereka akan mati saking merindukanku.’ Kita, kalo tau rindunya Allah gimana, mati kita jamaah. Jaman jahiliyah antum misalnya dulu ga ketemu sama pacar antum sebulan dua bulan, gimana? Kurus kering dia gabisa makan, GALAU!. Itu baru sama makhluk yang belum halal. Gara-gara rindu ini jamaah. ‘Wahai Daud, begitulah aku menunggu orang orang yang berpaling dariku, lantas bagaimana aku merindukan orang-orang yang selalu datang kepdaku?’. Itu rindunya Allah sama antum jamaah, yang gaktau ngaji, yang begitu dan sebagainya aja dirindukan sebegitunya sama Allah, gimana antum yang tiap hari pengennya ngaji? Itu pasti lebih spesial jamaah. Allah lebih-lebih lagi nunggu antum. Busyro! Kabar Gembira jamaah! Allah merindukan antum!”.[Ustadz Abu Usamah hafizhahullah]

      Penutup, saya mengambil dari notulensi lama yang dikirimkan Ki di grup Whatsapp para Jomblo saat saya ga bisa ikut kajian malam minggu itu karena di Semarang,
"Ana kabrkan kepada antum sekalian. Demi Allah, jamaah, Surga Allah adalah mahal, bukan murahan! Barang Allah ini, bukan didapatkan dengan berleha-leha saja, dengan enak, dengan gampang, dengan tidur-tiduran di rumah! Namun Surga Allah ini didapat dengan susah payah, dengan letih, lelah, perjuangan, dengan ujian dan cobaan, dengan pengorbanan, dengan luka, dengan tangisan, dan lain sebagainya! Ingat, jama'ah. Mau sebanyak apapun antum beramal, silahkan memperbanyak amal, namun antum sekali-kali tidak akan dapat membeli barang Allah ini. Mahal, jama'ah! Barang Allah ini, Surga Allah Jalla wa 'Ala ini adalah sangat mahal ...... Jadi, antum masuk Surga nanti itu karena pemberian dari Allah, karena rahmat dari Allah. Dengar, jama'ah sekalian yang ana cintai karena Allah, pegang satu ayat ini! Antum diuji disana, disini, uji ini, uji itu, hah? Ingat! Semua itu akan berakhir, kan jama'ah? Ingat! ingatlah bahwasanya pertolongan Allah itu amat dekat. Terus bersemangat dalam menuntut ilmu, jangan pernah futhur, jangan pernah lembek dalam menuntut ilmu! Terus menuntut ilmu hingga Allah wafatkan kita, jama'ah yang saya cintai karena Allah. Bahkan Imam Ahmad, ketika ditanya sama murid-muridnya sampai kapan engkau akan menuntut ilmu, apa kata beliau rahimahullahu? ‘Aku akan terus menuntut ilmu hingga pena ku sampai ke kuburan’. Atau apa tatkala beliau ditanya oleh ibundanya, ‘Bilamana kau istirahat wahai anakku?’ maksudnya mau sampai kapan engkau begini, kapan istirahat nya nak? Lalu apa jawab beliau? ‘Wahai ibu, tiada lagi istirahat untuk anakmu ini hingga dia menjejalkan kedua kakinya di dalam Surga." [Ustadz Abu Usamah hafizhahullahu]

    Semoga Allah senantiasa memberikan nikmat taubat kepada kita, nikmat Hidayah-Nya. Masih banyak sebenarnya apa yang mau saya tulis disini, banyak pengorbanan si Ki ini sampai akhirnya saya bisa seperti ini, namun tidak bisa saya tuliskan disini. Terimakasih juga untuk grup Whatsapp para Jomblo yang selalu mengingatkan kebaikan, semoga Allah mempermudah urusan antum semua dalam menuntut Ilmu-Nya. Sekian dari saya, mohon maaf bila banyak kesalahan atas tulisan saya ini, kesalahan murni datang dari saya dan kebenaran datang dari Allah Ta’ala.

     Wassalamu’alaikum Warahmatullah


You Might Also Like

2 komentar:

  1. Gatau kenapa jadi seneng baca tulisan lo, Der, hehee. Tapi iya, makin dewasa gua juga makin ngerasa buruk. Jadi hijrah ya jalan terbaik buat bikin pribadi yang lebih baik juga (aseekk). Semangat buat kita yang sama-sama sedang berhijrah! Gapapa kan, ya pelan-pelan hijrahnya? hehee. Sukses terus, Der!

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus