Saat Aku Pulang (Part 2)
Begitu memasuki rumah, hal yang aku lakukan adalah
melihat sekeliling ruang keluarga dan menemukan beberapa hal baru. Tertata
disana dua buah freezer berbentuk kulkas(paham ga? Hehe), lalu meja dan bangku
makan, serta televisi yang berubah kembali menjadi TV tabung setelah kemarin
berganti TV LCD. Katanya, kursi dan meja makan itu pemberian dari adiknya mama,
dan dua freezer untuk menambah kuantitas es batu yang dijual mama, sedangkan TV
LCD-nya rusak. Selanjutnya aku shalat subuh lalu lanjut ngobrol santai dengan
orang rumah. Ternyata ada beberapa kebiasaan yang berubah, sekarang mama jadi
lebih pagi berangkat ke warung, warung ya? Beberapa hari belakangan aku
berpikir bahwa Mas ku yang pertama sekarang kerja, kedua kakak ku juga kerja,
aku kuliah jurusan teknik dan calon tukang kerja juga nanti, adik ku mengambil
tata boga di SMK, lalu nanti siapa yang melanjutkan warung? Tiba-tiba teringat film
“Cek Toko Sebelah” yang diperankan oleh Ernest Prakasa dkk. Mba Ririt yang
jadi lebih siang ke kantor karena baru pindah kerja di tempat yang lebih
manusiawi, katanya.
Beberapa
hal yang aku lakukan dirumah ya, makan es krim aise(u know lah merk ini), Di
warung aku melihat freezer aise dengan varian rasa terlengkap yang pernah aku
lihat, di Semarang aku jarang makan es krim sih. Dirumah juga aku beberapa kali
diperintahkan untuk mengulek bumbu sayur atau bumbu apa yang perlu di-ulek, dan aku masih saja belum bisa
mengulek se halus mama atau Mba ririt, entah ini sudah percobaan keberapa di
beberapa tahun terakhir, namun belum juga mahir.
Malam
Ahad seperti biasa, aku ke Cilangkap dengan sahabatku, sosok yang sangat langka
bukan karena sering diburu dan terancam punah, tetapi sosok yang terus bertahan
pada pendirian di akhir zaman yang penuh dengan berbagai cobaan. Aku sengaja
memintanya untuk lebih awal hadir disana supaya ada waktu untuk ngobrol dan
mencurahkan isi hati yang perlu di keluh kesahkan. Ya memang lemah manusia ini.
Meskipun ia adalah orang yang tidak ikut organisasi atau UKM kampus kecuali
karena terpaksa tuntutan syarat suatu beasiswa, tapi aku yang notabene aktif di
organisasi kampus sering meminta pendapat tentang organisasi kepadanya. Tidak
ada batas untuk suatu nilai, dikosanku nyatanya lebih sopan dan asik adik
tingkat yang bahkan tidak ikut pelatihan LKMMPD dibandingkan adik tingkat yang
ikut pelatihan LKMMD (satu tingkat diatas LKMMPD). Banyak pelajaran yang
diambil saat itu, ditambah intinya malam itu membahas tafsir Al-Baqarah
mengenai riba, dan betapa baiknya agama kita ini, tidak sedikitpun dalam
muamalah ingin merugikan manusia lain.
Memang
waktu pulang ini sangat singkat, hari senin aku ikut ayahku bekerja ke kota,
yang dari kecil aku ikut sampai sekarang aku belum mahir mengenai pekerjaannya.
Malam tiba, setelah mama banyak masak enak karena aku pulang, akhirnya beberapa
potong daging rendang (sepertinya semuanya deh…) dibungkus untuk bekalku ke
Semarang. Kalau ditanya kenapa mama masak enak saat aku di Jakarta, katanya
mumpung anaknya lagi pulang. Mungkin mama sangat pengertian, bahwa anaknya
diluar sudah terbiasa dengan makanan yang bukan masakannya. Padahal dari kecil
aku selalu makan apa yang mama masak, keluarga kami sangat jarang membeli sayur
ataupun lauk diluar, mama selalu memasak untuk kami. Begitulah.
Setibanya
di Pasar Senen, masih jam 10 malam saat itu, keretaku berangkat pukul 11 malam.
Tapi, ayah bilang ingin pulang duluan, tidak seperti biasanya yang selalu menungguku
hingga masuk kereta. Sudah ngantuk, katanya, sudah tua, katanya. Aku tersadar.
Selesai.
0 komentar: